Minggu, 20 Februari 2011

Refleksi Kita Memperingati Hari Air Sedunia

Kita bisa menyimpulkan betapa air bersih memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Sekarang ini memang kita masih menikmati sejuknya air bersih. Kita masih melihat air bening mengalir di kran-kran air rumah kita. Atau sepanjang musim, kita masih menyaksikan luapan air sungai yang memberi kesan kita tak memanfaatkannya.

Meski pula kita harus mengakui bahwa di sebagian wilayah kita kerap kali warga berteriak karena tak mendapatkan setetes air. Ada ketimpangan pembagian air, entah oleh pemerintah atau perusahaan swasta yang mengelolanya.

Data menunjukkan, 70 persen permukaan bumi kita adalah air. Akan tetapi dari semua air itu, 97 persen adalah air asin dan sisanya tiga persen adalah air tawar. Persentase air tawar tadi masih dibagi dengan es, air tanah, air permukaan dan uap air.

Selain itu, tidak semua air tawar layak untuk diminum. Itu juga belum termasuk air yang tercemar oleh manusia. Dan, tidak semua daerah di dunia ini mendapatkan porsi air yang cukup. Kondisi ini dapat kita lihat di daerah kita. Kita yang telah lama menetap di Kupang masih saja sulit mengakses air bersih.

Kita tak mengerti sejauhmana penanganan air bersih hingga pembagian kepada konsumen. Persoalannya ada pada manajemen mengelolaan.

Pernyataan bahwa Kupang kaya akan potensi air karena di perut bumi ini begitu banyak sumber mata air. Semua ini seakan menjadi reklame, jargon, pernyataan dan janji-janji. Semua ini muncul sebagai pernyataan politis ketika musim suksesi tiba. Kita mendapat sajian menu kehidupan yang utopia. Sesuatu yang terlihat ada, tapi sebenarnya hanya bayang-bayang. Mungkin juga tak ada karena memang tak ada aktivitas ke arah sana.

Dalam konteks politik kita dapat memahaminya. Namun, dalam konteks jati diri, kita telah berada di titik yang mungkin saja paling nadir. Kita yang menetap di kota saja sudah begini. Cobalah lihat saudara-daudara kita di pedesaan. Pemenuhan akan air bersih seakan pada empat atau lima dasawarsa lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, mereka harus berjalan kaki lima sampai enam kilometer dari kampungnya. Itu pun sumber air diambil dari kubangan di pinggir kali yang mereka buat. Betapa menyedihkan memang.

Tapi apa pun, perubahan sikap patut kita lakukan. Kata orang bijak, untuk merubah sesuatu tak bisa mengharapkan orang lain. Kita sendiri memulainya. Toh, hampir di semua desa, LSM telah mengepungnya dengan berbagai program. Kemiskinan yang konon telah dijual untuk mendapat dana itu ternyata tak bisa menyejahterakan masyarakat.

Di mana letak persoalannya? Persoalannya karena donatur atau LSM itu bekerja dalam rentang waktu terbatas. Seakan menjadi api pemadam kebakaran. Apa yang selalu dikatakan pemberdayaan tak berlanjut karena ketika proyek itu tuntas maka lembaga itu angkat kaki. Kembalilah masyarakat pada titik nol. Tak ada pemberdayaan lagi.

Bagi kita perlu ada perubahan paradigma. Mengapa air menjadi terbatas? Kita perlu melihat dari alur hilir sampai muara. Pertama, meski konservasi alam berjalan namun tak membawa hasil maksimal. Belum muncul manajemen keberlanjutan. Kita hanya sampai pada manajemen dasar-dasar suatu aktivitas. Siapa yang bertugas melanjutkan, perlu menjadi pergumulan bersama. Jika tidak, maka kita akan terus seperti ini. Apakah 20 atau 30 tahun mendatang generasi kita masih bisa menikmati air bersih?

Kedua, kita tak menjaga alam. Tebas bakar masih terlihat sepanjang tahun. Bila demikian kita akan kembali kepada sikap-sikap hukum rimba. Siapa yang kuat dia menang. Dan, kekhawatiran akan musnahnya sumber-sumber mata air akan menyata.

Mungkin ini sekilas catatan kita dalam memperingati Hari Air Sedunia. Air itu penting karena ia menjadi segala-galanya. Mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi, tidak terlepas dari kebutuhan akan air. Ada pun kebutuhan akan air yaitu untuk minum, mandi, mencuci, bercocok tanam.

Segala macam kebutuhan hidup dan pekerjaan pasti membutuhkan air. Silakan kita menghitung jumlahnya. Berapa jumlah penduduk di dunia ini saat ini? Berapa jumlah penduduk di negeri ini, di kota ini dan di seluruh propinsi ini dan berapa kebutuhan akan air setiap hari?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar