Selasa, 15 Februari 2011

Pergeseran Awal Musim Kemarau Tahun 2011

SSEBAGIAN besar masyarakat mungkin bingung dengan kondisi iklim dan cuaca yang terjadi saat ini. Hal ini dapat dimaklumi terutama pada saat ini (Juni) yang seharusnya sebagian besar wilayah di Sumatera Selatan telah memasuki musim kemarau tetapi kenyataannya masih banyak terjadi hujan. Bahkan sampai menyebabkan kejadian banjir pada beberapa daerah di Indonesia termasuk di wilayah Sumatera Selatan.

Dampak kerugian dari kondisi cuaca yang terjadi saat ini tidak hanya dirasakan oleh negara kita. Tercatat juga pada bulan Juni 2011 ini hujan lebat dan banjir terjadi di Selatan Prancis, yang mengakibatkan 15 orang tewas dan 12 lainnya hilang. Di Mumbai India 46 orang tewas dan banjir merendam lebih dari 600 rumah. Di Singapura banjir telah merendam sebagian besar negara tersebut, serta kejadian-kejadian lain yang terjadi di beberapa negara di dunia.
Ada beberapa faktor pengendali curah hujan di Indonesia yaitu:

1. El-Nino/La-Nina
El-Nino: kondisi (fenomena) abnormal iklim di mana suhu permukaan Samudra Pasifik di pantai Barat Ekuador dan Peru lebih tinggi dari rata-rata normalnya. Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut.
La-Nina: pengertian dan dampak yang ditimbulkan terhadap wilayah Indonesia adalah kebalikan dari El-Nino.
2. Suhu Perairan Indonesia
Pertumbuhan awan di wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh suhu perairan, apabila suhu perairan cenderung menghangat maka dapat menimbulkan banyaknya penguapan yang kemudian memicu terjadinya pertumbuhan awan yang dapat memicu terjadinya hujan. Kebalikannya apabila suhu perairan cenderung dingin maka penguapan akan berkurang dan potensi terjadinya awan juga akan berkurang.
3. Dipole Mode Positif / Dipole Mode Negatif
Peristiwa dipole mode ditandai adanya perbedaan anomali suhu permukaan laut (SPL) antara Samudera Hindia tropis bagian barat (50 derajatE - 70 derajatE, 10 derajatS - 10 derajatN) dengan Samudera Hindia tropis bagian timur (90 derajatE - 110 derajatE, 10 derajatS - ekuator).
lDipole Mode Positif: anomali SPL Samudera Hindia tropis bagian barat lebih besar daripada di bagian timurnya akibatnya terjadi peningkatan curah hujan dari normalnya di pantai timur Afrika dan Samudera Hindia bagian barat sedangkan di bagian besar wilayah Indonesia bagian Barat mengalami penurunan curah hujan dari normalnya yang menyebabkan kekeringan.
l Dipole Mode Negatif: Fenomena yang berlawanan dengan kondisi Dipole Mode Positif.
4. Angin Musim (Timuran/Baratan)

Angin Musim biasanya kita kenal dengan angin Muson, ada dua jenis angin muson di Indonesia yaitu:
l Angin Muson Timur: Angin yang bertiup pada periode bulan April - Oktober (Indonesia). Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan benua Asia lebih panas, sehingga tekanannya minimum.
Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju Utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan sempit.

l Angin Muson Barat: Angin yang bertiup pada periode bulan Oktober - April (Indonesia). Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia musim panas, sehingga bertekanan minimum dan Benua Asia lebih dingin, sehingga tekanannya maksimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan).

Kondisi Saat Ini
Bila kita melihat faktor pengendali curah di Indonesia tersebut maka kondisi yang terjadi saat ini adalah sebagai berikut:
1. El-Nino / La Nina
Pada tahun 2009 El-Nino mulai aktif dan puncaknya terjadi pada bulan Januari 2010, pada bulan Februari 2010 El-Nino meluruh secara signifikan hingga pada bulan Juni 2010 berubah menjadi La-Nina kondisi di perairan Pasifik yang dingin cenderung mendorong massa uap air dan pembentukan awan di wlayah Indonesia.
2. Suhu Perairan Indonesia
Sampai saat ini suhu perairan Indonesia masih hangat sehingga terjadi tekanan rendah yang dapat menarik massa uap air ke wilayah Indonesia.
3. Dipole Mode Positif / Dipole Mode Negatif
Pada bulan Mei 2010 indeks Dipole Mode cenderung negatif sehingga wilayah Indonesia bagian Barat banyak terjadi hujan, prediksi Indeks Dipole Mode menurut BMKG sampai bulan November 2010 masih normal atau tidak mengganggu curah hujan di Indonesia bagian Barat.
4. Angin Musim (Timuran/Baratan)
Angin Musim (Muson) yang terjadi saat ini adalah angin Muson Timur atau kejadiannya normal/sama dengan kejadian pada umumnya.

Kesimpulan
Melihat dari kondisi di atas maka telah terjadi tiga peristiwa (fenomena) yang sangat mempengaruhi curah hujan di wilayah Indonesia sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia yang dampaknya juga kita rasakan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan dimana sebagian besar daerah mengalami kemunduran terjadinya musim kemarau, yang pada umumnya musim kemarau terjadi pada dasarian Mei III - Juni II akan mundur menjadi Juni II - Juli I.
2. Potensi hujan di sebagian besar Indonesia diprediksi dengan intensitas sedang sampai lebat hingga pertengahan Juli 2010
3. Musim Kemarau 2010 cenderung lebih basah (masih banyak terjadi peluang hujan) dibanding normalnya.
4. Kecenderungan musim kemarau 2010 lebih pendek dibanding normalnya dikarenakan mundurnya awal musim kemarau.
Perlu masyarakat ketahui bahwa kriteria umum suatu daerah telah memasuki musim kemarau menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) adalah curah hujan yang terjadi pada Dasarian (sepuluh harian) < 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya, sedangkan awal musim hujan pada suatu daerah curah hujan pada dasarian > 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya. Adapun kriterian dasarian menurut BMKG adalah sebagai berikut:

l Dasarian I : tanggal 1 s/d 10
l Dasarian II : tanggal 11 s/d 20
l Dasarian III : tanggal 21 s/d 30 (31)
Mengingat perubahan kondisi cuaca/iklim yang terjadi pada saat ini sangat bervariatif dan dinamis dihimbau kepada masyarakat dan instansi pemerintah terkait untuk selalu waspada dan selalu mengikuti informasi perkembangan cuaca dan iklim saat ini maupun yang akan datang, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi dan pemahaman mengenai kondisi cuaca dan iklim yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar