Jumat, 18 Maret 2011

Sulitnya Mendapatkan Air Bersih di Jakarta; Cerita Dari Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara



Bagi sebagian besar warga Jakarta, mengandalkan air perpipaan untuk kebutuhan sehari-hari bisa jadi merupakan kesalahan besar (dalam catatan BPS 2010, hanya 25% warga Jakarta yang mendapat akses layanan air perpipaan). Pasokan air yang tidak kontinyu, dan kualitas air yang buruk, menjadikan banyak warga tidak percaya terhadap air perpipaan. Sebagian warga yang mampu, banyak  menggunakan air tanah sebagai sumber kehidupan mereka sehari-hari, itupun dengan catatan air tanah yang ada masih cukup layak untuk dikonsumsi. Jikapun tidak, mereka akan mencari sumber alternatif lain termasuk air kemasan.
Namun kondisi yang berbeda dihadapi oleh masyarakat kurang mampu yang kebanyakan juga tinggal di daerah kumuh. Muara Baru misalnya, sumur disana sangatlah terkontaminasi oleh limbah dan air laut, hingga warga yang bermukim di salah satu kawasan termiskin Jakarta Utara ini terpaksa mencari air ditempat lain. Ironisnya kelompok yang paling menderita dengan situasi ini adalah kelompok perempuan. Sebagian besar warga Muara baru hidup di pemukiman ilegal, kampung-kampung yang ditolak untuk dipasangi instalasi perpipaan oleh operator swasta.  Anehnya,  ada saja orang-orang kuat yang bisa mengatur sambungan ilegal, jangan tanya bagaimana caranya, seorang toke yang memiliki sambungan dari PALYJA bisa melayani hingga seratus rumah tangga dengan selang temporer.
Mbak Sinta (32 tahun), seorang ibu rumah tangga dan guru, bercerita bahwa untuk memenuhi kebutuhan air selama dua hari, warga bergantian memakai selang air yang digunakan untuk memenuhi tong-tong air. Setiap kali mengisi waktunya dibatasi hanya 20 menit. ”Kami harus membayar Rp.80.000,” kata Shinta, “ Padahal beberapa minggu yang lalu harganya masih RP.65.000 untuk 30  menit pemakaian, sekarang jadi Rp.80.000. Katanya karena harga dari PALYJA sudah naik”,lanjutnya.
Ada juga warga Muara Baru yang memiliki meter air pipa, sehingga seharusnya mereka bisa aman dalam mengakses air bersih. Namun air tersebut tidak pernah mengalir, dan warga tersebut harus menanggung biaya beban karena memiliki sambungan, tetapi juga harus membeli air di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar