Kamis, 03 Maret 2011

Barang Antik Cermin Nasib Petani

GROBOGAN- Menafsir nasib petani Indonesia bisa dilihat dari barang-barang antik yang menumpuk di galeri barang antik. Misalnya di galeri milik Mudji (42), pedagang barang antik di tepi jalan raya Purwodadi-Blora, di Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Di sepanjang jalan raya yang tidak mulus antara Kota Purwodadi - Blora, utamanya setelah melewati Wirosari atau sekitar 30 kilometer arah timur Kota Purwodadi setidaknya bisa ditemui enam lokasi pedagang barang kuno. Di halaman persisi tepi jalan raya itu menumpuk lesung-lesung simbol keperkasaan kaum perempuan di pedesaan pada masa silam.
Lesung-lesung itu, akan pindah ke rumah-rumah gedongan milik orang kaya di perkotaan. Lesung akan menjelma meja tamu panjang yang antik dihiasai kaca dengan dibawahnya aneka simbol binatang laut di atas pasir, atau jadi kursi tunggu yang antik di ruang-ruang praktik dokter yang berjiwa seni. Tak jarang, lesung itu jadi berubah pajangan di ruang tamu orang kota.
Ditemui di galerinya, Kamis (3/3/2011), Mudji mengaku, pihaknya memiliki puluhan pedagang pengepul yang tugasnya mencari alat rumah tangga dan peralatan kuno di desa-desa yang terpaksa dijual. Barang-barang itu mulai dari lesung (alat untuk menumbuk padi), kentongan kayu jati, kursi taman, jodang, risbang sampai alat bajak sawah (alat untuk membalik tanah dari kayu), kayu kalungan kerbau serta roda pedati sampai klontongan sapi.
"Dalam lima tahun terakhir ini, banyak sekali orang di desa yang menjual alat bajak. Alat bajak itu ada dua jenis, satu untuk membajak sawah yakni memiliki plat baja yang tajam di bagian pangkalnya serta alat bajak untuk meluruskan tanam padi. Klontongan sapi yang jaman dulu simbol kemakmuran petani karena angkutan cikar (kereta yang ditarik sapi) menjadi simbol petani kaya, kalau sekarang kira-kira petani yang punya truk," ujar Mudji.
Alat-alat bajak itu, oleh Mudji dipreteli dan jadikan batang kayu yang konon biasanya akan dibeli oleh tukang kayu. Alat-alat bajak itu, kini malah semakin dicari karena sangat tepat untuk gagang kursi antik atau pegangan tangan tangga di rumah-rumah bertingkat.
Mudji mengatakan, dirinya masih menyimpan alat lesung kecil yang biasa digunakan kaum perempuan di desa untuk membuat gethuk (makanan olahan dari singkong). Ada lesung yang antik dan kuno, berikut di sela-sela dasar relung lesung itu masih tersimpan sisa-sisa gethuk yang sengaja tidak saya bersihkan.
Alat baja, kentongan, klontongan sapi, kayu pelana kepala kerbau bahkan alat pembersih kotoran kerbau, mirip semacam alat dayung di perahu nelayan menjadi incaran penggemar barang antik.
Penggemar barang antik di Purwodadi, Ki Taslim mengatakan, semakin banyak pedagang barang antik atau galeri barang kuno yang kebanjiran alat-alat bajak menunjukkan jaman telah berubah. Petani kini makin miskin karena meski masih memiliki lahan sawah, tapi telah kehilangan penghuninya. Mereka ibaratnya memiliki piring, tapi kehilangan sendok, garpu dan nasinya.
Kentongan antik dari kayu jati dilepas Rp 1,2 juta, lesung dengan ornamen di bagian hulunya dilepas Rp 550.000 dan alat bajak yang masih orisinil dengan masih menempel baja pembalik tanah tapi sudah tidak ada bercak tanah sawahnya bisa dimiliki seharga Rp 350.000 per batang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar