Jumat, 18 Maret 2011

Separuh Penduduk Dunia Kekurangan Air Bersih pada Tahun 2050


Bertepatan dengan Hari Air Dunia pada tanggal 22 Maret 2009, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar The Fifth Water World Forum yang diikuti oleh sejumlah pejabat beserta para ahli. Forum ini bertujuan untuk menemukan langkah terbaik dalam pengelolaan air dunia serta menerbitkan sebuah dokumen yang berisikan permasalahan air, kependudukan dan perubahan iklim. Sebuah laporan PBB setebal 348 halaman, memberikan gambaran yang suram tentang kondisi lingkungan khususnya ketersediaan air pada tahun 2050. Laporan itu disiapkan oleh sebuah tim berdasarkan kompilasi dari 24 lembaga/badan organisasi PBB (Silaban, 2009).

Hal tersebut kemudian menitikberatkan pemilihan tema Clean Water Quality Challenges and Opportunity sebagai tema global Hari Air Dunia tahun 2010. Kualitas air kini telah menjadi isu global yang menuntut tindakan serba cepat dari siapa saja yang peduli terhadap prediksi kesulitan air bersih di tahun 2050. Setiap harinya jutaan ton sampah dan limbah industri dan pertanian tak terolah dengan baik dibuang ke saluran air di seluruh dunia. Setiap tahunnya danau, sungai dan delta menerima beban setara dengan seluruh populasi manusia di dunia, yakni sekitar 7 Milyar jiwa. Setiap tahunnya, semakin banyak orang yang meninggal sebagai konsekuensi dari unsafe water dan dampak terbesar menimpa balita.

Kekeringan di Pakistan (sumber : nationalgeographic.com)
Sebenarnya apa yang terjadi? United Nations Environment Programme (UNEP) menyebutkan bahwa volume total air dunia sekitar 1.4 milliar km3. Sedangkan volume air tawar hanya 2.5 % dari volume total air dunia atau setara dengan 35 juta km3, tetapi hanya kurang dari 1 % saja yang dapat digunakan oleh manusia serta ekosistem di muka bumi (www.unwater.org). Namun karena pengaruh perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk, pemanfaatan air bersih sulit terkendali. Ketersediaan air semakin berkurang mengakibatkan kesulitan akses air bersih mulai tahun 2000. WHO mencatat sekitar 1.1 milliar orang kesulitan air bersih sebagai pemenuh kebutuhan dasar – air minum dan sanitasi (www.forumbebas.com).

Selama 50 tahun terakhir, konsumsi air bersih meningkat sebanyak tiga kali dan permintaannya meningkat sebanyak 64 juta m3 per tahun. Ini diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk dunia sebesar 80 juta jiwa per tahunnya, perubahan gaya hidup dan kebiasaan konsumsi, produksi biofuel yang meningkat tajam pada tahun-tahun belakangan (1000 – 4000 liter air untuk menghasilkan 1 liter biofuel) serta peningkatan permintaan energi yang berimplikasi terhadap permintaan air (www.worldometers.info).

Permintaan terhadap air bersih meningkat seiring dengan pertumbuhan perindustrian, pertanian sistem irigasi dan peningkatan standard kehidupan layak (ciri-ciri negara berkembang). Ditambah persediaan air bagi manusia telah menyusut seiring dengan peningkatan jumlah sumber air bersih yang terpolusi, danau dan sungai telah menjadi tempat penyimpanan berbagai macam limbah, termasuk buangan sisa aktivitas perkantoran yang hanya terolah sebagian maupun tidak terolah, saluran pembuangan limbah beracun dari daerah industri, serta bahan-bahan kimia berbahaya yang larut dalam air permukaan maupun airtanah akibat aktivitas pertanian (info.k4health.org).

Kondisi rumit yang mempertemukan ketersediaan air bersih serta peningkatan permintaan terhadap air bersih itu sendiri telah memberikan pilihan yang sulit pada negara-negara berkembang. Perkembangan bukannya tidak membutuhkan pengorbanan dalam pencapaiannya. Namun apakah pengorbanan itu sesuai dengan konsekuensi yang harus dihadapi? Separuh penduduk dunia diprediksikan mengalami sulitnya mengakses air bersih. Kitakah salah satunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar