Selasa, 22 Februari 2011
Melirik Keadaan PDAuala Jambi 15 Tahun Tak Berfungsi
Warga Masih BerM di Kharap
PDAM di Kecamatan Kuala Jambi tak berfungsi lagi. PDAM itu dibangun sekitar 2009 lalu. Kejadian serupa dialami PDAM Muarasabak Timur. Sejak 2006 PDAM di Muarasabak Timur juga mati total. Ada apa ini ?
KUALA JAMBI - RETNO
Kalau dilihat terkesan mubazir, seperti itulah keadaan PDAM Kuala Jambi yang dibangun sekitar 2009 lalu.
PDAM tersebut dikatakan warga setempat, sebelumnya menjadi sumber utama masyarakat Kampung Laut dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Lanataran mati total, akhirnya warga memanfaatkan air sumur dalam (sumur bor-red) untuk keperluan sehari-hari.
Untuk air minum, warga masih ketergantungan dengan air hujan. Sebagian warga sudah menkonsumsi air minum isi ulang yang harganya masih relative terjangkau.
Kata Sudirman Warga RT 06 RW 2 Kelurahan Tanjung Solok, PDAM tersebut tidak dapat digunakan lagi, entah kenapa sebabnya. Lanjutnya, dulu masih lancar. "Airnya jernih," ucap Sudirman.
"Entahla apa penyebabnya PDAM itu mati. Jelasnya PDAM itu dulu menjadi sumber utama masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih. Kami berharap itu bisa difungsikan lagi" ulasnya.
Tak hanya Sudirman, Hasanudin yang mengaku penjaga PDAM menyatakan, PDAM Kuala Jambi sejak 15 tahun lalu sudah tidak berfungsi. Sebelumnya sempat hidup secara atrean, tapi kini benar-benar mati total.
"PDAM ini dibangun sebelum pemekaran kecamatan, waktu itu masih ikut Kecamatan Sabak Muarasabak Timur. Saya disini hanya menjaga sisa alat-alatnya saja agar tidak ada yang hilang," beber Hasanudin kepada Radar Tanjab Group.
Tak hanya di Kuala Jambi, di Kecamatan Muarasabak Timur PDAM sejak 2006 mati total. DPAM itu memiliki 3 sumur. Satu sumur dibangun sekitar 1987, dan dua sumur lagi dibangun pada 1999-2000 oleh Pemerintah Provinsi Jambi. Jumlah pelanggan terakhir sekitar 300. Dikabarkan PDAM Muarasabak Timur sejak disubsidi pemerintah mengalami ketekoran alias merugi.
Mantan Kepala Unit PDAM Muarasabak Timur Yanto kepada Radra Tanjab Group kala itu menyebutkan, ada beberapa faktor penyebab meruginya PDAM yang ia pimpin itu, yakni besarnya biasa operasi yang tidak berimbang dengan pemasukan. "Belum lagi adanya tunggakan pelanggan," ujarnya.
Instalasi juga bagian kendala PDAM tak beroperasi lagi. Dimana PDAM Muarasabak Timur hanya menggunakan pompa sentribugal (seperti pompa siput-red) bukan pompa sumersible. Ditambah lagi pipa distribusi yang telah berusia tua.
Untuk mesin hanya menggunakan mesin 4 silinder, tapi tarikan dinamonya lumayan besar 60 KVA. "Saat BBM naik beberapa tahun lalu, saat itulah dirasakan biaya operasional besar. Dimana 7 jam mesin menyala membutuhkan 56 liter minyak solar dengan kebutuhan oli mesin 15 liter untuk 200 jam operasi mesin," ungkapnya.
"Kafasitasnya 10 liter perdetik. Harga jual seingat saya pada 2006 itu sekitar Rp 1.500 perkubik," tuturnya.
Menurut Yanto, bila diperbaiki PDAM itu bisa normal, namun membutuhkan dana lumayan besar. Selain itu, untuk menarik kembali pelanggan diyakini sulit. Hal itu disebabkan sudah maraknya beredar air minum isi ulang maupun kemasan. "Untuk mandi dan mencuci warga bisa mengandalkan air laut," imbuhnya.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar