Selasa, 11 Oktober 2011

PENYAKIT AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) DAN MANAJEMEN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET

Penyakit akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting di perkebunan karet di Indonesia. Penyakit ini mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar 3.3 triliun rupiah pertahunnnya. Daerah yang tinggi kejadian penyakit akar putih adalah sentra perkebunan karet di Riau, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Tingginya kejadian penyakit tersebut disebabkan oleh kondisi agroekosistem yang sesuai bagi perkembangan patogen, kurang baiknya penyiapan lahan tanam, kurang nya upaya pengobatan tanaman sakit, kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani tentang penyakit, terbatasnya pendapatan dan kurang tersedianya sarana pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit akar putih yang dianjurkan adalah cara pencegahan lebih diutamakan dari pengobatan tanaman Pencegahan penyakit meliputi pemusnahan/pengurangan sumber infeksi (pembongkaran tunggul/sisa akar dengan mekanis, percacunan tunggul, penggunaan jamur pelapuk tunggul, penanaman tumbuhan antagonis dan kacangan, dan penaburan belerang disekitar tunggul) dan perlindungan tanaman (fungisida belerang, kimiawi atau tumbuhan antagonis di pangkal akar tanaman). Pengobatan tanaman dilakukan dengan fungisida kimia dipadukan dengan tumbuhan antagonis untuk menghemat penggunaan fungisida. Pemantauan penyakit secara dini sangat dianjurkan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko kematian tanaman.
Kata kunci : karet, Rigidoporus microporus dan pengendalian


Di perkebunan karet terdapat beberapa jenis penyakit yang sering menimbulkan kerusakan yaitu penyakit akar, batang/cabang dan daun tanaman. Penyakit akar merupakan penyakit yang penting karena berakibat kepada kematian tanaman karet. Ada 5 jenis penyakit akar, tetapi penyakit akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan penyakit yang paling penting yang sering mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup berarti
Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di kebun entres, tanaman belum dan telah menghasilkan. Kerusakan berat oleh penyakit tersebut sering terjadi pada tanaman belum menghasilkan. Kematian tanaman oleh penyakit tersebut mengakibatkan rendahnya kerapatan pohon karet per hektar yang berpengaruh langsung terhadap menurunnya produktifitas kebun. Pada beberapa kebun yang terdapat di daerah rawan penyakit akar putih, kerapatan pohon per hektarnya mencapai 50-60 % sehingga terpaksa dilakukan peremajaan.
Penyakit akar putih dapat menimbulkan kerusakan di semua wilayah perkebunan karet Indonesia. Tetapi keparahan penyakit yang ditimbulkannya berbeda antar wilayah tergantung kepada kondisi agroklimatnya terutama kondisi kebersihan kebun dari tunggul dan sisa akar, kondisi bio-kimia-fisik tanah, curah hujan dan topografi (Fox, 1977 dan Wijewantha, 1964). Selain itu keparahan penyakit berbeda di perkebunan karet rakyat dan perkebunan besar. Perkebunan karet rakyat sering mengalami kerusakan yang lebih berat dibandingkan dengan perkebunan besar karena kurangnya upaya pengendaliannya.
Pengendalian penyakit akar putih sulit dilakukan karena memerlukan pengetahuan, waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya penyakit akar putih, mahalnya biaya pengendalian serta terbatasnya pendapatan pekebun mengakibatkan upaya pengendalian tidak dilakukan. Akibatnya kerusakan atau kematian tanaman makin meningkat setiap tahun. Oleh karena itu perlu disampaikan informasi tentang status, perkembangan penyakit akar putih dan upaya pengendaliannya
Penyakit akar putih menyebar di wilayah perkebunan karet Indonesia. Penyakit ini dijumpai di dataran rendah dan tinggi dan di daerah beriklim basah dan kering dengan keparahan penyakit yang berbeda. Daerah yang sering mengalami serangan skala berat jamur akar putih adalah Riau, Jambi, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat; serangan skala sedang adalah di Nanggro Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Jambi, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Bengkulu dan sebagian Lampung, dan serangan skala ringan adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur




Kondisi Sosial Ekonomi Petani dan Sarana Pertanian
Tingginya kejadian penyakit akar putih di perkebunan rakyat berhubungan dengan faktor sosial ekonomi petani dan sarana pertanian. Faktor ini pada umumnya meliputi; (1) masih rendahnya pengetahuan petani tentang penyakit akar putih dan pengendaliannya (2) rendahnya kesadaran petani tentang nilai kehilangan finansil akibat kerusakan oleh penyakit tersebut dengan anggapan bahwa nilai kerugian beberapa pohon rusak akibat penyakit tersebut tidak seberapa, (3) terbatasnya pendapatan sebagian petani untuk membiayai pencegahan dan pengobatan tanaman, (4) kurang tersedianya fungisida seperti belerang dan Bayleton, Danvil atau Anvil di toko/kios pertanian pada sentra perkebunan karet rakyat. Kesemuanya ini mengakibatkan petani tidak melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan apapun terhadap tanaman karetnya yang terkena penyakit tersebut. Akibatnya serangan jamur akar putih pada kebun karetnya lambat laun makin meningkat setiap tahunnya.
Di perkebunan besar, tanaman terserang jamur akar putih pada masa tanaman belum menghasilkan masih jarang ditemukan karena penyiapan lahan dilakukan dengan baik, tunggul dan sisa akar sebagai sumber infeksi disingkirkan. Akan tetapi pada masa tanaman menghasilkan, tanaman terserang tersebut makin banyak dijumpai karena pengobatannya jarang dilakukan dengan alasan biayanya mahal. Akibatnya banyak dijumpai hiaten atau areal kosong ditengah kebun karet





Monitoring atau pemantauan atau pengamatan perkembangan penyakit merupakan komponen yang penting dalam pengendalian penyakit. Tujuan utama monitoring penyakit adalah menemukan tanaman yang terserang dini untuk segera dilakukan tindakan pengobatan. Tanaman yang terserang dini lebih mudah dan cepat disembuhkan dengan resiko kematian yang kecil. Penyembuhan yang lebih cepat dari tanaman sakit akan memperkecil kemungkinan penularan penyakit ke tanaman lainnya.
Serangan dini jamur akar putih ditunjukkan dengan adanya miselia atau rizomorf pada perakaran tanaman tetapi gejala pada tajuk tanaman belum tampak. Dalam stadia ini jamur akar putih hanya menempel di permukaan akar tetapi belum mengakibatkan kerusakan/pembusukan pada bagian kulit atau kayu. Jika pembusukan/kerusakan telah terjadi pada kulit atau kayu, terlihat daun tajuk akan memucat atau menguning, hal ini menunjukkan tingkat serangan telah berlanjut. Dalam kondisi serangan lanjut seperti ini tindakan pengobatan telah terlambat dan resiko kematian tanaman lebih besar. Oleh karena itu pada areal bertunggul pengamatan serangan dini dengan pemeriksaan perakaran terutama pada tanaman muda sangat dianjurkan (Lim, 1978; Basuki,1981; Situmorang dan Budiman, 1990). Tetapi pada areal yang bersih tunggul dan sisa akar pengamatan serangan dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan gejala secara menyeluruh pada tanaman untuk menentukan titik awal infeksi. Apabila terdapat < 1 % tanaman terinfeksi maka pengamatan secara intensif dengan pemeriksaaan perakaran tanaman dilakukan secara keseluruhan tanaman terutama tanaman tetangga yang telah terinfeksi. Pengamatan serangan dini dilakukan mulai pada umur 6 bulan setelah tanam dengan selang waktu 3 bulan sekali selama musim hujan atau minimal 6 bulan sekali pada awal dan akhir musim hujan. Pemeriksaan dilakukan pada keseluruhan tanaman dengan mengerok tanah sedalam 2-10 cm di sekitar pangkal akar. Miselia atau rizomorf akan terlihat pada permukaan perakaran tanaman yang terserang (RRIM, 1974; Lim, 1978; Basuki,1981; Situmorang dan Budiman, 2003). Pengamatan serangan secara intensif juga dilakukan pada tanaman tetangga yang telah ataupun belum diobati dan pada seluruh tanaman di sekitar hiaten. Pada tanaman muda pengamatan intensif dilakukan pada tanaman pertama dekat tanaman terinfeksi sedangkan pada tanaman dewasa dilakukan sampai tanaman ke dua dari tanaman yang telah menunjukkan gejala pada tajuk atau telah terserang lanjut. Pengobatan tanaman sakit Pengobatan tanaman sakit oleh jamur akar putih masih relatif kurang dilakukan khususnya di perkebunan karet rakyat karena alasan biayanya terlalu mahal. Waktu pengobatan tanaman sakit sering dilakukan terlambat yaitu pada waktu serangan lanjut sehingga mengakibatkan rendahnya keberhasilan penyembuhan. Pengobatan tanaman sakit dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida/biofungisida atau dengan tumbuhan antagonis. Beberapa fungisida/biofungisida dan tumbuhan antagonis yang dianjurkan dalam pengendalian penyakit akar putih tercantum dalam Tabel 6. Aplikasinya dilakukan dengan cara pengolesan, penyiraman dan penaburan pada perakaran 6 bulan sekali.










FUAT NURDIANSYAH :PENYAKIT AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) DAN MANAJEMEN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET RAKYAT

FUAT NURDIANSYAH :PENYAKIT AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) DAN MANAJEMEN PENGENDALIANNYA DI PERKEBUNAN KARET RAKYAT

Pengendalian penyakit tanaman pada umumnya di Indonesia terutama propinsi jambi berpedoman pada prinsip: "pencegahan lebih baik daripada pengobatan". Pencegahan pada awalnya tampak sulit dan mahal tetapi pada akhirnya akan menjadi lebih murah dan memberikan keuntungan. Sebaliknya pengobatan tampak lebih murah pada awalnya tetapi pada akhirnya menjadi lebih mahal dan sering mengakibatkan kerugian berupa kematian tanaman jika cara pengobatannya tidak tepat




Pencegahan penyakit Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara pemusnahan sumber infeksi yaitu tunggul dan sisa akar, dan perlindungan akar utama dari infeksi patogen.
Pemusnahan/pengurangan sumber infeksi : tunggul dan sisa akar
Cara pengendalian penyakit akar putih yang paling efektif adalah mengurang atau memusnahkan sumber infeksi jamur berupa tunggul dan/atau sisa-sisa akar tanaman pada waktu pembukaan lahan dengan cara berikut. Pembongkaran tunggul dan sisa akar Pembongkaran tunggul dan akar dilakukan dengan cara mekanis (dozer dan traktor) yang diikuti pengumpulan dan pembakaran akar-akar kecil pada saat pengolahan lahan. Di perkebunan besar, karena adanya larangan pembakaran, tunggul dan sisa akar ditumpuk pada jalur dalam areal kebun dengan resiko akan menjadi sumber infeksi patogen sehingga perlu dianjurkan pengamatan intensif penyakit dekat tumpukan tunggul. Di perkebunan rakyat, pembongkaran tunggul dan sisa akar jarang dilakukan karena biayanya cukup mahal, biasanya terbatas hanya dilakukan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.



Peracunan tunggul. Penggunaan racun tunggul dimaksudkan untuk mempercepat pelapukan tunggul sehingga kurang dari 2 tahun tunggul tempat hidup jamur akar putih telah menjadi hancur. Racun tunggul yang digunakan adalah Garlon 480 EC atau Tordon 101 hal tersebut langsung dipaparkan oleh fuat nurdiansyah dosen universita jambi (unja) pakultas pertanian kepada kelompok tani panca karya yang dipimpin pak tasaut beserta anggotanya didesa sungai buluh kecamatan muara bulian kabupaten batang hari selasa (11/0ktober 2011) didampinggin beberapa dosen . fuat nurdiansyah juga menambahkan Racun tunggul dioleskan di sekeliling tunggul setelah kulit dikelupas selebar 20 cm dan segera setelah tebang pohon. Di perkebunan besar, peracunan tunggul biasanya dilakukan pada areal berbukit atau lereng yang tidak dapat dijangkau oleh traktor. Di perkebunan rakyat pada umumnya belum mengenal peracunan tunggul ini. Peracunan tunggul hanya terbatas digunakan pada proyek pembangunan perkebunan rakyat binaan pemerintah.
Pemberdayaan jamur pelapuk tunggul. Jamur pelapuk kayu Coriolus versicolor merupakan jamur yang paling dominan berkembang pada tunggul karet. Jamur pelapuk pelapuk kayu ini dapat diberdayakan untuk mempercepat pelapukan tunggul karet sehingga mengurangi ketersediaan media tempat hidup jamur akar putih. Cara pemberdayaannya adalah dengan menebang/memotong pendek pohon karet yiaitu sekitar 5-10 cm diatas permukaan tanah kemudian diikuti dengan pembakaran tunggul secara ringan dengan cabang/ranting kayu sehingga hanya mematikan bagian kulit. Cara ini akan mengundang masuknya jamur pelapuk tersebut pada tunggul. Untuk memacu percepatan pelapukan tunggul, jamur pelapuk dapat diinokulasikan dengan menempatkannya diatas tunggul kemudian ditutup dengan tanah atau serasah. Inokulasi dilakukan pada musim hujan dan jamur pelapuk dapat diambil dari tunggul lama.
Pemberdayaan tumbuhan antagonis. Beberapa tumbuhan antagonis seperti laos, kunyit, garut dan lidah mertua dapat diberdayakan untuk mengurangi sumber infeksi pada tunggul dan sisa akar. Tumbuhan ini dapat mengeluarkan bahan kimia antibiotik untuk jamur akar putih di sekitar perakaran sehingga akan menekan perkembangan jamur yang hidup pada tunggul. Tumbuhan antagonis tersebut ditanam 10-12 pokok di sekeliling pangkal tunggul pada saat musim hujan setelah lahan dibersihkan.




Penanaman tanaman kacangan. Tanaman kacangan ini selain berfungsi sebagai penutup tanah mencegah erosi dan menyuburkan tanamn tetapi juga berguna untuk meningkatkan aktifitas mikrobia saprofitik sehingga akan mempercepat pelapukan tunggul dan sebagian menjadi antagonis terhadap jamur akar putih (Newsam, 1963). Tanaman kacangan penutup tanah yang digunakan adalah Pueraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides dan Mucuna sp. Di perkebunan besar penanaman tanaman kacangan ini umum dilakukan tetapi jarang di perkebunan karet rakyat.
Penaburan belerang. Belerang dapat dianjurkan untuk menekan perkembangan jamur akar putih terutama pada tunggul disekitar hiaten-hiaten (pulau kosong) atau dekat tanaman sakit atau terserang sebelumnya. Belerang ditaburkan sekitar 150-200 g disekeliling tunggul tiap tahun dengan 2-3 kali ulangan aplikasi.
Teknik pemusnahan/pengurangan sumber infeksi terpadu. Cara pemusnahan/pengurangan sumber infeksi jamur akar putih seperti disebutkan diatas dapat dipadukan untuk lebih memperkecil sumber infeksi jamur tersebut. Peracunan tunggul dapat dikombinasikan dengan inokulasi buatan jamur pelapuk dan penanaman \tumbuhan antagonis disekeliling pangkal tunggul karet. Atau penaburan belerang dipadukan dengan penanaman tumbuhan antagonis di sekeliling tunggul karet.
Selanjutnya fuat nurdiansyah memaparkan kepada para petani karet didesa sungai buluh Upaya perlindungan tanaman terhadap infeksi jamur akar putih masih jarang dilakukan. Di perkebunan rakyat hanya terbatas dilakukan pada proyek pembangunan karet binaan pemerintah dan petani maju. Sedangkan, di perkebunan besar perlindungan tanaman hanya dilakukan pada areal pertanaman bertunggul atau areal berlereng karena pada umumnya penyiapan lahan dilakukan dengan baik.





Penggunaan belerang/fungisida lain. Dalam upaya perlidungan tanaman digunakan fungisida/biofungisida. Fungisida yang dianjurkan adalah belerang, Bayfidan 3 G dan Triko P+. Belerang (100-200 g/pohon) ditaburkan di sekeliling tanaman sampai 20-100 cm dari leher akar setiap tahun selama 5 tahun pertama setelah tanam (Basuki 1986; Soepena dan Nasution 1986). Bayfidan 3 G dan Triko P+ diaplikasikan pada pangkal batang mulai umur 3 bulan dengan selang aplikasi 6 bulan sekali pada tanaman belum menghasilkan ,Penggunaan tumbuhan antagonis. Tumbuhan antagonis tersebut mengeluarkan zat antibiotik dari perakarannya yang dapat menekan perkembangan penyakit akar putih. Tumbuhan ini akan memberikan perlindungan terhadap tanaman dari serangan akar putih dalam jangka panjang. Tumbuhan antagonis yang dapat digunakan adalah kunyit, lidah mertua dan laos. Kunyit, laos dan atau lidah mertua (3-4 pokok/tanaman karet) ditanam disekeliling pangkal batang tanaman karet pada umur 3 bulan. Kunyit sebaiknya dikombinasikan dengan lidah mertua sedangkan laos tidak perlu. Tumbuhan antagonis dapat digunakan untuk perlindungan tanaman sehat tetangga dekat tanaman sakit baik pada tanaman belum menghasilkan maupun telah menghasilkan. Tumbuhan antagonis yang terbaik untuk tujuan ini adalah lidah mertua pedangan (besar). Tumbuhan ini mampu tumbuh dalam kondisi bersaing dengan akar tanaman karet dan kondisi terlindung. Banyaknya tumbuhan yang ditanam per tanamanan karet adalah 4-6 pokok pada tanaman belum menghasilkan dan 8-10 pokok pada tanaman menghasilkan.




sementara ketua kelompok tani panca karya tasaud mengatakan dengan adanya kehadiran pak fuat nurdiasyah dari dosen universitas jambi ,ilmu yang di berikan pada kami sangat berharga yang mana ilmu tersebut menbah wawasan bagi petani karet seperti saya dan anggota saya,kami sebagai masyarakat ini merup[akan solusi bagi petani karet ,jika karet kita sehat tentunya hasil latex kami berlipah tentunya penghasilan kami makin bertambah ,kami juga merasa bangga dan terharu masih ada seorang dosen ilmu pertaniaan memberikan ilmu yang selama ini tidak kami ketahui,semoga terus berkelanjutan ucapnya

Kamis, 18 Agustus 2011

FKMPA Buka Posko Pengaduan Pelanggan Air

FKMPA Buka Posko Pengaduan Pelanggan Air

Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia 2008 Forum Komunikasi Masyarakat Pelanggan Air
(FKMPA) bekerjasama dengan YLKI Sumut membuka ‘Posko Pengaduan Pelanggan Air' dan
akan menggelar serangkaian kegiatan dalam Paket ‘Gerakan Bersih Sungai' (GBS), yang
dimulai 26 Februari-26 Maret 2008 di Jl AR Hakim No 112 C dan Jl Sena (Kantor YLKI SU).
MEDAN,
WASPADA Online
Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia 2008 Forum Komunikasi Masyarakat Pelanggan
Air (FKMPA) bekerjasama dengan YLKI Sumut membuka ‘Posko Pengaduan Pelanggan Air'
dan akan menggelar serangkaian kegiatan dalam Paket ‘Gerakan Bersih Sungai' (GBS), yang
dimulai 26 Februari-26 Maret 2008 di Jl AR Hakim No 112 C dan Jl Sena (Kantor YLKI SU).
Azri SMAK, SE, selaku Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Pelanggan Air (FKMPA)
menyebutkan di antornya Selasa (26/2), kegiatan tersebut antara lain berupa kampanye ‘Sadar
Sungai Bersih' kepada masyarakat sepanjang Bantaran Sungai Sunggal-Belawan, Lomba
Pidato Hari Air Dunia Tingkat SMU/Sederajat Putra-Putri yang dilaksanakan pada 13-15 Maret
2008.
Serangkaian dengan itu akan didirikan Posko GBS sementara puncak Peringatan Hari Air
Dunia 2008 akan dilaksanakan pada 22 Maret 2008 di Bantaran Sungai Sunggal dekat Instlasi
Pengolahan Air PDAM Tirtanadi.
Diharapkan acara tersebut akan dibuka oleh Gubsu Drs Rudolf M Pardede, ujar Azri
didampingi H Abu Bakar Siddiq, SH, Ketua YLKI Sumut dan Sekretaris, Agus Susanto di
Sekretariat Jl AR Hakim No 112 C/206 C Medan.
Pembukaan Posko Pengaduan Pelanggan Air dimaksudkan sebagai komitmen FKMPA dan
YLKI Sumut untuk melindungi eksistensi konsumen pelanggan air agar memperoleh hak-hak
normatifnya sesuai UU Konsumen No 8 Tahun 1999.&quot;Saya berharap informasi tentang
adanya gangguan pelayanan air haruslah lengkap alamat dan datanya sehingga dapat dicek
dan dilakukan langkah-langkah perbaikannya, bukan informasi yang sengaja digantung atau
dipolitisir dengan tanpa berani menyebutkan alamat jalan beserta nomor rumah
pelanggan,&quot;ujar Abu Bakar.
Sedangkan Kampaye ‘Sadar Sungai Bersih' dimaksudkan untuk memberi pengetahuan dan
pemahaman kepada masyarakat tentang arti-pentingnya menjaga kebersihan sungai. Sungai
bukan tempat sampah, dan bahaya sungai yang tercemar bagi kesehatan. Sedang Lomba
Pidato Hari Air Dunia 2008 yang diikuti lebih kurang 200 peserta dari siswa/i SMU sederajat se
kota Medan yang mengambil tema ‘Selamatkan Sungaiku dari Pencemaran' bertujuan untuk
menamakan kesadaran dan tanggungjawab moral generasi muda bangsa khususnya para
remaja dalam menjaga kelestarian dan kebersihan sungai dan berani mengatakan'Perang
terhadap Pencemaran Sungai', papar Agus Susanto yang juga Direktur LSM, Humantias
Indonesia.
Azri SMAK, SE menambahkan, pada puncak Hari Peringatan Air Dunia nanti kita telah
merancang tidak hanya sebatas acara seremonial tetapi kita akan melakukan beberapa paket
1 / 2
FKMPA Buka Posko Pengaduan Pelanggan Air
Thursday, 28 February 2008 06:06
kegiatan penting yaitu penanaman 1000 pohon, pelepasan perahu Napak Tilas Sungai dan
Pameran Lingkungan serta pameran Teknologi Ramah Lingkungan berupa ‘Tong Sampah'
mini yang dapat mendaur ulang sampah organik menjadi kompos, hasil rekayasa teknologi
Jepang.
&quot;Kita juga akan mengundang 5 Cagub/Cawagubsu untuk ikut terlibat dalam peringatan
Hari Air Dunia' agar memiliki tanggungjawab secara struktural dan moral dalam membangun
Sumatera Utara yang berwawasan lingkungan,&quot;tandas Azri.

Agenda 21, Tonggak Awal Hari Air Dunia


Meskipun Earth Summit tahun 1992 merupakan tonggak (milestone) penting, namun dimensi sosial dan lingkungan dari agenda dunia tentang air telah mulai terbentuk lebih awal yaitu pada tahun 1972 atau 2 tahun setelah dicanangkannya peringatan Hari Bumi, yaitu dalam the United Nations Conference on Human Environment yang diselenggarakan di Stockholm. Pada konferensi ini telah dideklarasikan bahwa pencemaran air telah mencapai tingkat yang membahayakan dan diperlukan upaya untuk melindungi sumberdaya alam bumi yang mencakup udara, air, tanah, serta flora dan fauna. Dalam kurun waktu 20 tahun kemudian diselenggarakan The Dublin Conference on Water and the Environment (1992), yang melahirkan pandangan baru dunia tentang air atau yang sekarang disebut dengan "The Dublin Principle" dimana 'sustainability"I keberlanjutan menjadi prinsip penting dalam pengembangan sumberdaya air.
Dalam perkembangannya kemudian, The Dublin Principles ini menjadi referensi dari beberapa pandangan yang saling bersaing dalam pengembangan sumberdaya air. Disatu sisi, LSM dan organisasi relawan serta organisasi "civil society" lainnya cenderung menekankan pada prinsip, 'affordable, equitable, dan basic right, sedangkan organisasi- organisasi yang berorientasi kepada aspek ekonomi lebih menekankan kepada konsep 'economic value and economic good". Yang sebenarnya bila keduanya dikombinasikan akan dapat mencapai hasil optimum bagi nilai manfaat air.
Earth Summit telah diselenggarakan lebih dari sepuluh tahun yang lalu, melahirkan Agenda 21 dan pada khususnya Chapter 18 yang terkait dengan sumberdaya air yang selanjutnya menjadi tonggak penting berkembangnya prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya air. Selain secara tegas menyetujui dan meng-adopsi The Dublin Principles kedalam Agenda 21, Chapter 18 menyatakan bahwa " sumberdaya air perlu dilindungi dengan mempertimbangkan fungsinya dalam ekosistem akuatik maupun peranannya sebagai sumber air, dalam rangka memenuhi dan mempertemukan antara pasokan dan kebutuhan akan air untuk kegiatan manusia". Selanjutnya adalah diterimanya "the ecosystem approach" atau "pendekatan ekosistem" sebagai pendekatan yang rasiona! dan ilmiah dalam pengembangan sumberdaya air.
Selanjutnya dokumen UNCED ini mengelaborasi kebutuhan untuk 'mempromosikan pendekatan multisektor yang dinamis dan interaktif yang perlu dilaksanakan pada tingkatan Daerah Aliran Sungai (DAS), wilayah sungai dan sub-wilayah sungai. Dokumen ini juga menekankan perlunya untuk melindungi, mengkonservasi dan mengelola sumberdaya air berdasarkan pada prioritas dan kebutuhan masyarakat termasuk kelompok perempuan, pemuda dan penduduk asli/setempat dalam kerangka kebijakan pengembangan ekonomi nasional. Kepada kelompok masyarakat terkena dampak diberikan peranan yang syah (legitimate) dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan. Hal yang serupa adalah, dikenalinya riparian rights atas air untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia meskipun pada sungai lintas batas negara. Diantara berbagai kegiatan yang di-identifikasi, isu-isu yang dianggap penting lainnya adalah masalah-masalah pengelolaan sungai lintas batas negara, banjir dan kekeringan, dan asesmen serta analisa atas resiko-resiko. Hal penting lainnya adalah perlunya dikenali bahwa air permukaan dan air tanah hendaknya dipandang sebagai dua elemen yang saling bergantung satu sama lain (interdependent) dalam siklus hidrologi.
Dalam peringatan Hari Air Dunia setiap negara periu merenungkan dan menghayati arti penting air sebagai sumber kehidupan, serta bersama-sama mengamankan upaya-upaya yang arif dan bijaksana untuk mendaya-gunakan, melestarikan dan mengamankan sumberdaya air (SDA) yang merupakan milik bersama umat manusia.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam penngatan Hari Air Dunia dianjurkan agar Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten / Kota) bersama seluruh komponen stakeholders sumberdaya air (instansi-instansi terkait, organisasi profesi terkait dengan air, para pakar, LSM, organisasi pengguna, dan sebagainya), mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran manusia dalam menyebarluaskan pelaksanaan Agenda 21 untuk pengembangan dan perlindungan SDA dengan penyampaian sambutan penngatan Hari Air
Dunia dari Pemerintah, mengadakan seminar, dialog, penerbitan buku, penyebarluasan pamflet, pemberian penghargaan dan kegiatan semacam yang berkaitan.

Hari Air Sedunia: Selamatkan air

Tepat hari ini (22 maret 2010) di mana seluruh dunia pada hari ini memperingati hari Air sedunia (World day of Water ). Menurut Wikipedia,  Hari Air Sedunia diperingati setiap tanggal 22 Maret, inisiatif peringatan ini di umumkan pada Sidang Umum PBB ke 47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Tujuan dari peringatan ini adalah menyadarkan kita akan pentingnya air bersih dan usaha untuk menyadarkan pengelolaan air bersih yang berkelanjutan. Mungkin pada saat ini kita masih bisa menikmati air bersih dengan cuma-cuma. Tapi bagaimana kondisi kita saat 20 tahun lagi atau 50 tahun lagi. Apakah kita masih bisa merasakan air bersih lagi.
Kita mungkin beranggapan bahwa air yang kita pakai ada terus-menerus dari sumbernya tidak akan habis. Ada fakta seputar air yang menarik mengenai air di bumi ini yaitu jumlah total air yang ada di bumi ini saat ini relatif sama dengan jumlah total air saat bumi tercipta. Jumlahnya memang sama tapi yang berubah adalah bentuknya. Jadi bisa disamakan air yang kita pakai untuk minum saat ini mungkin sama dengan air yang diminum nenek moyang kita.
Berapa sih jumlah total air yang bisa diminum di dunia ini ??
Menurut data, 70% permukaan bumi kita adalah air. Akan tetapi dari semua air itu 97 % adalah air asin dan sisanya 3% adalah air tawar. Prosentasi air tawar tadi masih dibagi dengan es, air tanah, air permukaan dan uap air. Selain itu, tidak semua air tawar layak untuk diminum. Itu juga belum termasuk air yang tercemar oleh manusia. Dan tidak semua daerah di dunia ini mendapatkan porsi air yang cukup.
Lalu berapa liter kebutuhan kita kepada air ??
fungsi air kepada manusia memang vital. Kita mulai dari bangun pagi hingga tidur lagi tidak terlepas dari kebutuhan akan air. Adapun kebutuhan akan air yaitu untuk minum, mandi, mencuci, wudhu bagi umat muslim, bercocok tanam, segala macam kebutuhan hidup dan pekerjaan pasti membutuhkan air. Silahkan dihitung sendiri jumlahnya. Itu yang dihitung baru kita sendiri. Berapa jumlah penduduk di dunia ini saat ini. Itu baru saat ini lalu bagaimana kebutuhan air untuk 20 tahun mendatang jika pertumbuhan penduduk di dunia ini selalu bertambah.
Semoga ini menjadi renungan kita dan saya sendiri. Marilah kita melakukan penghematan air. Jangan boros-boros. Ingat segala sesuatu yang boros itu tidak baik. Selamat hari air sedunia.

World Water Day alias Hari Air Dunia

Manusia memang makhluk yang kreatif. Selalu saja ada kreasi yang dihadirkan ke muka. Salah satunya, kreasi menjadikan sebuah tanggal sebagai hari spesial. Ya, begitulah. Ada Hari Pahlawan, lalu Hari Ibu, Hari Bumi, dan semacamnya. Nah, hari ini 22 Maret adalah Hari Air Dunia atau bahasa british-nya World Water Day (WWD).
Yang saya ketahui,  WWD memang sebuah ritual tahunan dunia yang rutin digelar setiap tanggal 22 Maret. Setiap tahun berganti tema. Tahun ini,  tema WWD yakni “Shared Water, Shared Opportunities”. Kata para bule yang punya ide mendesain WWD tahun ini, isu tahun ini sangat terkait dengan isu sentral transboundary water atau manajemen sumber daya air lintas batas.
Waduh,  kok jadi kebanyakan istilah british ya? Begini deh. Istilah transboundary water atau manajemen sumber daya air lintas batas itu kira-kira soal sungai sumber kehidupan yang melewati lebih dari satu negara.
Dari yang saya baca, tema hari air dunia ini selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Tahun lalu, “Sanitation” atau Sanitasi menjadi tema utama Hari Air Dunia 2008.  Tema “sanitasi” dipilih karena tahun kemaren ada International Year of Sanitation atau Hari Air Sanitasi Dunia. Sementara pada tahun 2007, WWD punya  tema “Coping with Water Scarcity” atau “Mengatasi Kelangkaan Air”.

Kenapa ya, kok, bule-bule itu memilih transboundary water sebagai tema besar Hari Air Dunia tahun ini. Nah, info dari situs resmi World Water Day tertulis bahwa sekarang ini hampir 40 persen penduduk dunia tinggal di daerah aliran sungai dan danau, yang bentangannya melewati batas-batas negara. Jarene (katanya) setidaknya ada 263 sungai lintasnegara, yang melintas di 145 negara.  Sungai Amazon, Sungai Nil, Sungai Mekong, Sungai Congo, dan Sungai Danube di Eropa adalah beberapa nama sungai-sungai lintasnegara.
sungai-sungai transbundari terbesar di dunia
sungai-sungai transbundari terbesar di dunia
Lalu, apa sih pentingnya dibahas, bahkan harus menjadi tema?
Begini, mengelola sumber daya air yang melibatkan negara-negara yang berbeda itu jelas rawan konflik. Kok bisa?
Ilustrasnya begini, kualitas sungai di daerah hilir jelas sangat bergantung pada kondisi daerah hulu. Jika sudah tercemar di hulu, daerah hilir ya akan kebagian sial, kan?
Bagaimana jika ternyata, antara daerah hulu dan hilir sebuah sungai itu berada pada negara yang berbeda? Padahal negara di hilir ndak bisa cawe-cawe. Yah, semacam ketiban ampas saja. Karena itu, PBB merasa perlu mengurusi persoalan ini. Ya, harus ada kesepakatan dong.
Selama 60 tahun terakhir ini, ada sekitar 200 deal internasional tentang urusan sungai lintasbatas itu. Memang, konflik juga sudah sempat muncul. Setidaknya, sudah 37 kasus dilaporkan. Bahkan, sudah sampai menyebabkan tindakan anarki.
Sedihnya, dari 263 daerah aliran sungai internasional itu, 158 di antaranya masih belum dikelola dengan cara-cara yang dipayungi kesepakatan antarnegara. Jadi, wajar saja jika konflik-konflik itu bisa muncul. Ya, nggak?
Ndak usah jauh-jauh, jangankan sungai lintasnegara (transbundari), lha yang lintas kabupaten atau lintas propinsi saja bisa bikin ribut. Mau contoh?
Lha itu, kasus mata air Paniis di Kaki Gunung Ciremai,  jadi bahan ribut Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon. Trus, kasus banjir Jakarta, yang melibatkan Pemprov DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten Bogor, dan Pemerintah Kabupaten Cianjur. Pada kasus Paniis, misalnya, Pemerintah Kabupaten Kuningan meminta sejumlah kompensasi (bayaran) dari PDAM Kota Cirebon karena mata air Paniis, yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Cirebon berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Lantaran tak kunjung ketemu kata sepakat, fasilitas PDAM Kota Cirebon di Paniis sempat dirusak warga.
Sementara dalam kasus banjir Jakarta, Pemkab Bogor dan Cianjur juga meminta kompensasi. Jarene (konon katanya) untuk membiayai konservasi kawasan Bopunjur (Bogor Puncak Cianjur).
Menurut banyak ahli banjir, kerusakan kawasan hulu di daerah Puncak merupakan salah satu sebab utama banjir Jakarta. Sementara, kata penggede Bogor, mereka ndak mau juga gratisan melarang warga mengolah kawasan Puncak.
Itu jika skalanya masih dalam satu negara. Lha, gimana jika sudah beda negara?
Persoalannya sekarang, bukan kita: saya dan anda semua tau atau tidak bahwa hari ini adalah Hari Air. Memangnya, jika kita tau lantas urusan air jadi beres, begitu? Ndak juga, toh?
Menurut saya, yang penting, ayo mulai dari diri sendiri. Sayangi bumi kita; lingkungan kita, jangan sampai tercemar.
Wah, kok jadi ceramah. Ah, sudahlah. Yang penting hari ini informasi tentang Hari Air Dunia sudah disampaikan. Mission is done!!! :-D
Oh ya, dalam rangka Hari Air ini disediakan juga lho konten-kontan yang bisa didownload, seperti ini:
Download desain baju World Water Day. Ada juga wallpaper buat laptop dan handphone. Klik aja di sini.
Sebagai tambahan, (siapa tau ada mahasiswa yang cari-cari info tentang tema-tema Hari Air Dunia), ini tema-tema itu sejak tahun 1994:
  • 1994:  “Caring for Our Water Resources is Everyone’s Business”
  • 1995:  “Water and Woman”
  • 1996:  “Water for Thirsty City”
  • 1997: “The World’s Water: is There Enough?”
  • 1998:  “Groundwater – the Invisible Resource”
  • 1999:  “Everyone Lives Downstream”
  • 2000: Water for 21st Century
    2001:  “Water for Health”
  • 2002:  “Water for Development“
  • 2003: “Water for Future”
  • 2004: “Water and Disasters”
  • 2005:  “Water for Life”
  • 2006:  “Water and Culture”
  • 2007:  “Coping with Water Scarcity”
  • 2008:  “Sanitation”
  • 2009: “Transboundary Water: Shared Water, Shared Opportunities”.