Manusia memang makhluk yang kreatif. Selalu saja ada kreasi yang dihadirkan ke muka. Salah satunya, kreasi menjadikan sebuah tanggal sebagai hari spesial. Ya, begitulah. Ada Hari Pahlawan, lalu Hari Ibu, Hari Bumi, dan semacamnya. Nah, hari ini 22 Maret adalah Hari Air Dunia atau bahasa british-nya World Water Day (WWD).
Yang saya ketahui, WWD memang sebuah ritual tahunan dunia yang rutin digelar setiap tanggal 22 Maret. Setiap tahun berganti tema. Tahun ini, tema WWD yakni “Shared Water, Shared Opportunities”. Kata para bule yang punya ide mendesain WWD tahun ini, isu tahun ini sangat terkait dengan isu sentral transboundary water atau manajemen sumber daya air lintas batas.
Waduh, kok jadi kebanyakan istilah british ya? Begini deh. Istilah transboundary water atau manajemen sumber daya air lintas batas itu kira-kira soal sungai sumber kehidupan yang melewati lebih dari satu negara.
Dari yang saya baca, tema hari air dunia ini selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Tahun lalu, “Sanitation” atau Sanitasi menjadi tema utama Hari Air Dunia 2008. Tema “sanitasi” dipilih karena tahun kemaren ada International Year of Sanitation atau Hari Air Sanitasi Dunia. Sementara pada tahun 2007, WWD punya tema “Coping with Water Scarcity” atau “Mengatasi Kelangkaan Air”.
Kenapa ya, kok, bule-bule itu memilih transboundary water sebagai tema besar Hari Air Dunia tahun ini. Nah, info dari situs resmi World Water Day tertulis bahwa sekarang ini hampir 40 persen penduduk dunia tinggal di daerah aliran sungai dan danau, yang bentangannya melewati batas-batas negara. Jarene (katanya) setidaknya ada 263 sungai lintasnegara, yang melintas di 145 negara. Sungai Amazon, Sungai Nil, Sungai Mekong, Sungai Congo, dan Sungai Danube di Eropa adalah beberapa nama sungai-sungai lintasnegara.
Lalu, apa sih pentingnya dibahas, bahkan harus menjadi tema?
Begini, mengelola sumber daya air yang melibatkan negara-negara yang berbeda itu jelas rawan konflik. Kok bisa?
Ilustrasnya begini, kualitas sungai di daerah hilir jelas sangat bergantung pada kondisi daerah hulu. Jika sudah tercemar di hulu, daerah hilir ya akan kebagian sial, kan?
Bagaimana jika ternyata, antara daerah hulu dan hilir sebuah sungai itu berada pada negara yang berbeda? Padahal negara di hilir ndak bisa cawe-cawe. Yah, semacam ketiban ampas saja. Karena itu, PBB merasa perlu mengurusi persoalan ini. Ya, harus ada kesepakatan dong.
Selama 60 tahun terakhir ini, ada sekitar 200 deal internasional tentang urusan sungai lintasbatas itu. Memang, konflik juga sudah sempat muncul. Setidaknya, sudah 37 kasus dilaporkan. Bahkan, sudah sampai menyebabkan tindakan anarki.
Sedihnya, dari 263 daerah aliran sungai internasional itu, 158 di antaranya masih belum dikelola dengan cara-cara yang dipayungi kesepakatan antarnegara. Jadi, wajar saja jika konflik-konflik itu bisa muncul. Ya, nggak?
Ndak usah jauh-jauh, jangankan sungai lintasnegara (transbundari), lha yang lintas kabupaten atau lintas propinsi saja bisa bikin ribut. Mau contoh?
Lha itu, kasus mata air Paniis di Kaki Gunung Ciremai, jadi bahan ribut Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon. Trus, kasus banjir Jakarta, yang melibatkan Pemprov DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten Bogor, dan Pemerintah Kabupaten Cianjur. Pada kasus Paniis, misalnya, Pemerintah Kabupaten Kuningan meminta sejumlah kompensasi (bayaran) dari PDAM Kota Cirebon karena mata air Paniis, yang menjadi salah satu sumber air baku PDAM Cirebon berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Lantaran tak kunjung ketemu kata sepakat, fasilitas PDAM Kota Cirebon di Paniis sempat dirusak warga.
Sementara dalam kasus banjir Jakarta, Pemkab Bogor dan Cianjur juga meminta kompensasi. Jarene (konon katanya) untuk membiayai konservasi kawasan Bopunjur (Bogor Puncak Cianjur).
Menurut banyak ahli banjir, kerusakan kawasan hulu di daerah Puncak merupakan salah satu sebab utama banjir Jakarta. Sementara, kata penggede Bogor, mereka ndak mau juga gratisan melarang warga mengolah kawasan Puncak.
Itu jika skalanya masih dalam satu negara. Lha, gimana jika sudah beda negara?
Persoalannya sekarang, bukan kita: saya dan anda semua tau atau tidak bahwa hari ini adalah Hari Air. Memangnya, jika kita tau lantas urusan air jadi beres, begitu? Ndak juga, toh?
Menurut saya, yang penting, ayo mulai dari diri sendiri. Sayangi bumi kita; lingkungan kita, jangan sampai tercemar.
Wah, kok jadi ceramah. Ah, sudahlah. Yang penting hari ini informasi tentang Hari Air Dunia sudah disampaikan. Mission is done!!!
Oh ya, dalam rangka Hari Air ini disediakan juga lho konten-kontan yang bisa didownload, seperti ini:
Sebagai tambahan, (siapa tau ada mahasiswa yang cari-cari info tentang tema-tema Hari Air Dunia), ini tema-tema itu sejak tahun 1994:
- 1994: “Caring for Our Water Resources is Everyone’s Business”
- 1995: “Water and Woman”
- 1996: “Water for Thirsty City”
- 1997: “The World’s Water: is There Enough?”
- 1998: “Groundwater – the Invisible Resource”
- 1999: “Everyone Lives Downstream”
- 2000: Water for 21st Century
2001: “Water for Health” - 2002: “Water for Development“
- 2003: “Water for Future”
- 2004: “Water and Disasters”
- 2005: “Water for Life”
- 2006: “Water and Culture”
- 2007: “Coping with Water Scarcity”
- 2008: “Sanitation”
- 2009: “Transboundary Water: Shared Water, Shared Opportunities”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar